China Minta Warga Tetap di Rumah saat Libur Imlek
InternasionalJakarta, Khabarberita.com -- Pemerintah China memproyeksikan jumlah warga yang mudik untuk merayakan Tahun Baru Imlek tahun ini turun sekitar 20 persen dibandingkan tahun lalu, atau lebih dari 60 persen dari 20019.
Penurunan itu terkait dengan saran pemerintah untuk menghindari bepergian ke luar kota selama libur Imlek.
Liburan Imlek yang dirayakan selama sepekan mulai hari ini, Kamis (11/2) membuat suasana tidak seramai tahun-tahun sebelumnya, kendati China sudah menyatakan mampu menangani pandemi virus corona.
Pemerintah pusat memberitahu publik untuk mengurangi pergerakannya sebanyak mungkin sebagai antisipasi terjadinya lonjakan kasus corona.
Pemerintah daerah yang menyamakan pandemi dengan "keadaan perang" meluncurkan langkah-langkah pencegahan penyakit keras.
Imbasnya, tidak sedikit keluarga yang memutuskan untuk membatalkan rencana mudik tahunan mereka. Seorang pekerja di Shanghai mengatakan harus membatalkan rencana 10 orang anggota keluarganya untuk pulang ke kampung halaman di Provinsi Zheijiang.
"Kami berencana melakukan perjalanan bersama lebih dari sepuluh anggota keluarga, tetapi kita batalkan tahun ini," kata pekerja itu kepada Nikkei.
Senada, satu keluarga perempuan berusia 38 tahun bersama anaknya juga memilih untuk membatalkan rencana liburannya.
"Kami tidak punya pilihan selain membatalkan reservasi (liburan Imlek)," ucapnya.
Selain mengikuti saran pemerintah, warga yang memutuskan untuk membatalkan perjalanan merasa keberatan dengan aturan keharusan tes PCR yang ditanggung sendiri.
Bagi warga China yang tetap melakukan perjalanan ke kampung halaman diminta untuk menunjukkan sertifikat dari tes PCR dengan hasil negatif. Setelah kembali dari kampung halamannya, warga diminta melakukan isolasi mandiri selama dua minggu.
Kementerian Transportasi China memperkirakan imbas aturan itu membuat pemudik saat perayaan Imlek hanya 1,15 miliar orang selama 40 hari menjelang liburan Tahun Baru Imlek.
Situasi tersebut telah menimbulkan kekhawatiran tempat-tempat wisata pedesaan sepi pengunjung saat musim liburan. Lijiang, kota dataran tinggi di selatan, bulan lalu harus menutup Kota Tua, Situs Warisan UNESCO, karena alasan pandemi Covid-19.
Dewan Negara, Kabinet China mengatakan pihaknya akan menekan pembatasan yang berlebihan sebagai pencegahan penyebaran virus Covid-19.
Pemerintah tidak mewajibkan tes PCR bagi para pelancong, selain mereka yang datang dari daerah beresiko tinggi.
Hal itu menunjukkan kekhawatiran pada sektor ekonomi jika pemerintah bertindak lebih jauh. Meski terlihat upaya pihak berwenang untuk mencegah penyaran virus corona.
Changchun, ibu kota provinsi Jilin berencana mendistribusikan kupon senilai 50 juta yuan untuk liburan Tahun Baru Imlek. Sementara, Shandong menawarkan voucher 10 juta yuan yang dapat digunakan untuk perjalanan dan makan.
Pusat kota besar seperti Beijing dan China masih ramai seperti biasanya. Penduduk yang tergolong kaya tidak diizinkan berpergian ke luar negeri. Sementara orang-orang yang tak sanggup mudik, beralih ke atraksi lokal di pinggiran kota.
Masih di Shanghai, sebuah hotel mewah di Pulau Chongming menyebut masa liburan ini telah dipesa penuh meski memasang tarif 20 ribu yuan per malam untuk beberapa kamar. Aktivitas belanja warga pun berangsur-angsur pulih, meski masih jauh dari kembali ke kondisi sebelum pandemi.