Mayat Siswi SMA Terbungkus Plastik-Geger 'Desa Miliarder
NewsBandung - Khabarberita.com | Ragam peristiwa menarik terjadi di Jawa Barat dalam sepekan terakhir.
Dimulai dari warga Kuningan yang mendadak menjadi jutawan karena proyek ganti untung hingga kematian siswi SMA terbungkus plastik di Bogor.
Pernak-pernik berita di Jabar juga tak kalah menarik untuk diikuti, salah satunya 'S3 marketing' ala pemilik bengkel di Kota Bandung.
Apa saja yang terjadi di Jabar selama sepekan?
Berikut ulasannya :
Warga 'Desa Miliarder' Kuningan Borong Mobil-Motor
Warga Desa Kawungsari, Kecamatan Cibereum, Kabupaten Kuningan, kaya mendadak setelah menerima uang ganti untung pembangunan Bendungan Kuningan. Uang ratusan juta hingga miliaran rupiah pun diterima warga berkat kompensasi proyek strategis nasional itu.
Usai menerima uang ganti untung itu, ratusan warga di sana memborong kendaraan berupa sepeda motor dan mobil. Kejadian itu membuat Desa Kawungsari viral dan disebut sebagai 'Desa Miliarder', mirip dengan yang terjadi di Tuban, Jawa Timur.
Sejak menerima uang ganti untung mulai dari Rp 150 juta hingga 1,6 miliar, ratusan kendaraan baru telah dipesan dan diantar ke masing-masing rumah warga. Tercatat ada 300 sepeda motor dan 30 mobil yang dibeli warga secara tunai dari hasil uang ganti untung proyek bendungan..
"Disini (Kawungsari) warga dapat uang ganti untung, mereka langsung pada beli motor dan mobil. Ada sekitar 300 motor baru dan 30 mobil yang dibeli warga," kata Kusto Kepala Desa Kawungsari, Senin (22/2).
Pembangunan Bendungan Kuningan yang mampu menampung 25,9 juta meter kubik air ini juga membuat 362 kepala keluarga di Kawungsari harus direlokasi. Warga harus merelakan rumah dan lahannya ditenggelamkan.
Nantinya warga Kawungsari akan dipindahkan ke tempat relokasi yang berada di Desa Sukarapih, Kecamatan Cibereum. Disana pemerintah sedang membangun 444 unit rumah.
Rumah-rumah itu akan ditempati warga yang terdampak proyek bendungan dengan status hak guna pakai selama lima tahun ke depan.
"Warga di Kawungsari ya bedol desa karena semuanya terdampak pembangunan Bendungan Kuningan. Jadi nanti semua warga disini pindah ke Sukarapih, disana sedang dibangun 444 rumah, baru 25 rumah yang siap huni, sisanya masih tahap pembangunan," ujar Kusto.
Bocah di Subang Meninggal, Keluarga Sebut Kecanduan Game Online
RTS (12), siswa SMP kelas 1 asal Desa Salam Jaya, Pabuaran, Subang meninggal dunia dengan diagnosa mengalami gangguan syaraf. Pihak keluarga menyebut penyakit yang dideritanya dikabarkan karena kecanduan bermain game online di telepon seluler.
RTS meninggal tiga hari lalu, Selasa (23/2/2021) pukul 23.00 WIB, di RS Siloam Purwakarta. Endang, paman Raden, menceritakan keponakannya pada awal tahun mengeluhkan sakit kepala, bahkan tangan dan kakinya susah digerakkan. "jadi begitu kejadian pertamanya lemes, badannya lemes semua," kata Endang usai melihat kembali makam keponakannya Jumat (26/2/2021).
Akhirnya pada 15 Januari, keluarga membawanya ke RS terdekat namun tidak mampu, sehingga dibawa ke RS Siloam. "Begitu di Siloam ternyata kata dokter itu radiasi handphone jadi kena saraf, jadi sampai lumpuh," ujar Endang.
Endang mengaku Raden dirawat hingga 16 hari di RS, namun kondisinya tak kunjung membaik. Akhirnya keluarga memutuskan membawanya pulang.
"Pada tanggal 20 Februari dibawa lagi ke rumah sakit, selang tiga hari atau tanggal 23 meninggal dunia pada pukul 23.00. penyakitnya itu gangguan syaraf," kata Endang.
Ia menuturkan keponakannya selama ini selalu bermain game online seharian, ditambah dengan sekolah jarak jauh yang otomatis selalu memegang handphone. "Jadi anak itu tadinya sering main HP game online siang malam, tidur subuh pukul 03.00 WIB. Terus kerap mengigau kaya lagi bermain game," ujar Endang.
Soal sejak kapan Raden mulai suka main game online, Endang mengaku tidak mengetahuinya. Sementara itu orangtua Raden hingga kini masih berduka, sehingga tak bisa melalukan wawancara.
Sementara itu Kepala Desa Salam Jaya Ujang Sucipto membenarkan korban meninggal gegara kecanduan game online. "Saya turut prihatin dan menghimbau kepada masyarakat agar selzlu memperhatikan dan memantau perubahan perilaku terutama pada anak-anak. Ini pelajaran sangat penting bagi kita semua," ungkap Ujang Sucipto.
Saat dikonfirmasi kepada pihak rumah sakit yang merawat korban, mereka tidak berkenan untuk mengungkap hasil diagnosa pasien karena bersifat rahasia.
Mayat Siswi SMA Bogor dalam Plastik
Diska Putri, remaja yang ditemukan tewas dan mayatnya ditemukan terbungkus plastik hitam di Jalan Raya Cilebut, Kota Bogor ternyata masih berstatus sebagai pelajar. Warga Cibungbulang, Kabupaten Bogor ini merupakan siswi SMA Negeri Cibungbulang Bogor.
Status korban masih pelajar. Masih SMA," kata Dian Firmansyah, kerabat keluarga korban saat ditemui di ruang forensik RSUD Ciawi, Kamis (25/2/2021).
Diska Putri merupakan anak pertama dari pasangan Sukardi dan Dian. Remaja putri asal Cibubgbulang Bogor ini diketahui meninggalkan rumah sejak Rabu (24/2/2021).
"Menurut informasi pihak keluarga, korban pergi meninggalkan rumah sejak Rabu (24/2/2021) pagi. Pamit untuk suatu keperluan, keluarga juga sudah menunggu semalaman. Karena kebetulan memang Putri ini diketahui jarang bepergian keluar rumah, apalagi sampai berjam-jam," kata Dian.
Paman korban, Jaenal mengatakan, Diska saat ini belajar di SMA Negeri Cibungbulang Bogor. Lokasi sekolah dengan kediaman korban memang tidak terlalu jauh, karena masih dalam satu kecamatan.
"Iya, dia (Diska) masih sekolah. Sekolah di Manbul, SMA Negeri Cibungbulang" kata Jaenal.
Jasad Diska, ditemukan pegawai toko bangunan bernama Dedi di Jalan Raya Cilebut, Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanahsareal, Kota Bogor, Kamis (25/2/2021) sekitar pukul 07.00 WIB.
Saat ditemukan, Diska yang kaki dan tangannya terikat tali itu ditemukan di dalam plastik (trash bag) warna hitam, dan disandarkan di pintu gerbang toko bangunan.
Polresta Bogor Kota yang datang ke lokasi, langsung lakukan olah TKP dan memintai keterangan saksi. Sementara ini, polisi masih melakukan penyelidikan untuk mengungkap siapa pembunuh Diska.
"Semua masih kita dalami ya, tadi kan ada banyak temuan di lokasi ya, seperti KTP di lokasi dan sebagainya, kan tentunya masih harus kita kroscek lagi. Entah itu korban punya KTP itu kita masih kita dalami," kata Susatyo di ruang forensik RSUD Ciawi Bogor.
Sampai saat ini, lanjut Susatyo, pihak kepolisian masih mendalami keterangan 4 saksi untuk mengetahui lebih detail terkait temuan mayat dan mencari petunjuk siapa yang membuang mayat Diska di lokasi.
"Sejauh ini kita sudah mintai keterangan 4 saksi, sekarang sedang pemeriksaan," tutupnya.
Petani mungkin bukanlah profesi yang diidam-idamkan oleh para milenial. Namun, Dede Koswara membuktikan petani milenial juga bisa menghasilkan pundi-pundi uang. Dari bertani, ia bisa mendapatkan omzet sekitar Rp 50 juta hingga Rp 100 juta. Dari situ, ia pun kini memiliki rumah seharga Rp 2,5 miliar dan kendaraan mewah dari kerjanya sebagai petani labu siam.
Pria 31 tahun itu mendulang indahnya kehidupan sejahtera dari hasil bertani selama lebih dari 10 tahun. Sejak lulus Sekolah Teknik Mesin (STM), Dede mantap memilih jalan hidup sebagai petani. Berbekal lahan 100 tumbak (setara 1.400 meter) yang diberikan orang tua, ia menghasilkan pundi-pundi dengan menanam sayur-sayuran.
Diakui Dede, keberhasilannya menjadi petani milenial melalui proses panjang. Agar bisa berkembang, ia mempelajari seluk beluk pertanian hingga distribusinya ke pasar, sehingga mendapatkan harga beli yang cukup tinggi.
Ayah dua orang anak ini menegaskan sekalipun mendapatkan bantuan dari orang tua berupa lahan, bukan berarti mudah untuk memperoleh kesuksesan. Dede berjuang keras menggarap lahan untuk mendapatkan hasil panen berkualitas baik yang dibantu dua pegawainya. Ia juga berkonsultasi dengan orang-orang dari perusahaan pupuk untuk mempelajari komposisi dan cara penggunaan pupuk yang tepat untuk setiap komoditas.
Ia juga memasarkannya sendiri ke pasar-pasar di Tangerang, Cibitung, Cirebon, dan wilayah lainnya dengan mengendarai mobil pikap seorang diri. Dede sebagai petani milenial membangun koneksinya dengan para pelaku pertanian dan perdagangan dengan mengikuti seminar, pertemuan, dan bergabung di grup Facebook.
Relasi yang dibangun itu membuka peluang buat Dede untuk memasarkan produknya secara luas. Pesanan labu acar pertama didapatkan Dede dari seorang anggota salah satu grup Facebook yang diikutinya. Pesanan tersebut akhirnya membuka jalinan kerja sama hingga saat ini.
"Jadi kebanyakan orang tuh ngeliat enak orang tuanya ada (berkecukupan), dikasih modal. Kita dikasih juga kalau nggak bisa mengelola, nggak akan bisa berhasil. Saya dari 0 terjun dulu, punya 2 orang pegawai, saya sering sharing dengan perusahaan sharing sama petani, (lalu) diterapin di kebun sendiri," cerita Dede kepada detikcom beberapa waktu lalu.
Selain mempelajari dengan detail bidang pertanian hingga pemasaran, Dede juga memperluas diversifikasi komoditas. Awalnya ia hanya menanam tomat, lalu ditambah cabai, kol. Sejak lima tahun belakangan, karena melihat tingginya permintaan, ia menanam dan memasarkan labu siam atau biasa disebut labu acar di Jawa Barat.
Ia mengatakan budi daya labu tidaklah membutuhkan cara yang rumit, namun butuh ketelatenan. Langkah pertama yakni menyiapkan paranggong (susunan bambu untuk media tempat labu merambat), baru setelah itu tanam bibit dan diberi pupuk.
"Kalau labu itu mesti ada air terus. Jadi paling bagus itu kalau nanamnya di jalur irigasi, jadi walaupun kemarau ada terus airnya," jelasnya.
Bertani labu ternyata mendatangkan keuntungan besar buat Dede. Ia pun membentuk Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Regge, yang menaungi para pengepul atau beci serta petani di wilayah Kecamatan Pasirjambu, Bandung, Jawa Barat. Dalam sehari, Dede bisa menjual 20-40 ton labu acar ke pasar-pasar di berbagai daerah.
Satire di Balik Bengkel 'Termahal di Kota Bandung'
Pemilik bengkel sepeda motor Alfa Oil memiliki cara yang unik untuk mempromosikan usahanya. Alih-alih membuat spanduk berisi promo ekonomis, sang pemilik bengkel malah mencantumkan yang sebaliknya, yakni 'bengkel termahal di Kota Bandung'.
Riris (45) sang pemilik bengkel mengatakan, sejak spanduk berwarna kuning tersebut dipasang banyak pengendara sepeda motor yang memotret dan terlihat penasaran. Lokasi bengkel ini berada di Jalan Soekarno Hatta no 363, Kota Bandung, lokasinya di dekat perempatan Inhoftank-Mekarsari.
Jadi ramai, kalau di sini memang suka ramai. Nambah ramai (setelah dipasang spanduk), orang kan penasaran yang biasa ke sini, biasa - biasa aja. Tapi karena ini lampu merah perempatan, orang berhenti di sini kan, tapi jadi banyak yang ke sini. Baguslah ini dibikin kaya gini," kata Riris saat ditemui di bengkelnya, Selasa (24/2/2021).
Riris dan suaminya telah merintis usaha bengkel sejak 20 tahun yang lalu. Awalnya, usahanya berlokasi di Cibaduyut, namun delapan tahun yang lalu, mereka mulai melebarkan bisnisnya ke Jalan Soekarno-Hatta. "Pegawainya ada 11 orang, bukanya 24 jam," kata Riris.
Riris mengatakan, spanduk tersebut dipasang sebagai ungkapan satir kepada seseorang yang pernah mencemarkan nama baik bengkelnya di media sosial.
Kejadian itu berawal saat ada seseorang yang datang membawa motornya ke bengkel Riris untuk diperbaiki, sekitar jam 01.00 dini hari. Karena kondisi sepeda motor jenis bebek itu rusak berat, sehingga harus diperbaiki secara turun mesin.
"Terus dibongkarlah sama pegawai saya jam 1 malam, nah dia bilang gini saya, 'berapa sih' dia tanya, saya kasih estimasi harganya. Udah begitu ya udah oke, kasih dp dulu bang, berapalah terserah. dikasihlah uang Rp 300 ribu kan. nah oke, kan udah deal. Pulang lagi yang bawa motor ini, motor Vega," ucapnya.
Namun, ternyata pada pagi harinya, pemilik sepeda motor tersebut kembali ke bengkel dan membatalkan jasa. Pegawai bengkel pun akhirnya memasang kembali mesin dan Riris mengembalikan uang DP sebesar Rp 300 ribu tersebut.
"Udah pulang mungkin dia punya teman saya juga enggak ngerti, bilangnya begini 'naha ieu mahal-mahal teuing' (kenapa mahal sekali). Temannya kemudian buat postingan di Facebook, kemudian diviralkan kalau bengkel ini mahal, terus ada yang maki-maki lewat sms ke saya, karena di postingan itu ada nomor telepon saya," ujarnya.
"Kenapa banyak yang SMS, padahal motornya juga enggak ada. Sudah dibawa pulang, uangnya juga sudah dikembalikan, kok dia yang repot, makanya setelah itu kalau disebut termahal ya udah sekalian aja bikin spanduknya," kata Riris.
Dari spanduk yang berisi informasi harga yang terpasang di bagian sebelah kanan bengkel, ongkos kerja bervariatif tergantung jenis pekerjaan dan sepeda motor yang akan direparasi.
Tercantum di dalam spanduk informasi itu untuk turun mesin setengah matic dibanderol dengan harga Rp 150 ribu, kemudian untuk servis full motor bebek ditarif Rp 100 ribu, turun mesin mesin full matic Rp 250 ribu, service carburator Rp 45 ribu, service injection Rp 50 ribu.
Bengkel ini juga melayani reparasi motor sport, untuk service ringan Ninja 250 cc ditarif Rp 150 ribu, turun mesin setengah motor sport dihargai Rp 200 ribu, dan untuk turun mesin full sepeda motor sport ongkos kerjanya mencapai Rp 450 ribu.
"Harga di sini memang standar, harga kita malah lebih murah dari bengkel resmi," kata Riris.