Pandemi, Sektor Digital Jadi Penyelamat Ekonomi Indonesia
Ekonomi
khabarberita.com - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, sektor digital menjadi penyelamat ekonomi Indonesia di masa pandemi Covid-19. Meningkatnya keuangan digital yang inklusif dan keberlanjutan selama pandemi memacu pertumbuhan ekonomi nasional.
"Ekonomi digital yang menyelamatkan ekonomi kita selama pandemi dan sekarang ke depan menjadi pilar Indonesia Maju," ujar Perry saat membuka rangkaian G-20: Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia (FEKDI) di Nusa Dua, Bali, Senin (11/7/2022).
Ia menjelaskan bahwa akselerasi keuangan digital dalam negeri, tercermin dari transaksi e-commerce pada 2022 yang diproyeksi naik 31% mencapai Rp 536 triliun, dan uang elektronik naik 18% mencapai Rp 360 triliun. Bahkan transaksi layanan digital banking tahun ini diprediksi akan mencapai Rp 51.000 triliun.
Adapun saat ini bank sentral di negara-negara ASEAN juga mengembangkan sistem pembayaran yang bisa digunakan di sejumlah negara atau cross border.
Dalam catatan BI, penggunaan sistem pembayaran digital QR Code Indonesia Standar atau QRIS hingga saat ini ada 18,7 juta jumlah merchant atau sudah melebihi target BI sebesar 15 juta. "89% pengguna QRIS adalah UMKM, dan tahun ini Insyallah tercapai 30 juta pengguna, sedangkan 3 tahun ke depan 65 juta UMKM terdigitalkan," ucap Perry.
Sementara Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, transformasi digital menjadi salah satu strategi pemerintah mendorong perekonomian domestik. Saat ini, kebijakan pemerintah dilakukan secara digital, mulai bantuan sosial (bansos), bantuan pangan non-tunai, hingga Kartu Prakerja.
Secara umum, Airlangga menuturkan potensi ekonomi digital mencapai Rp 146 triliun pada 2025, bahkan pada 2030 meningkat delapan kali lipat menjadi Rp 5.531 triliun.
Sebagai informasi, berdasarkan data Bank Indonesia (BI) nilai transaksi uang elektronik (UE) pada Mei 2022 tumbuh 35,25% (yoy) mencapai Rp 32 triliun dan nilai transaksi digital banking meningkat 20,82% (yoy) menjadi Rp 3.766,7 triliun. Sementara nilai transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM, kartu debet, dan kartu kredit mengalami peningkatan 5,43% (yoy) menjadi Rp 630,9 triliun.