DomaiNesia

Sri Mulyani: 60% Negara Berpenghasilan Rendah Terancam Terlilit Utang

Sri Mulyani: 60% Negara Berpenghasilan Rendah Terancam Terlilit Utang

 

khabarberita.com Menteri Keuangan Sri Mulyani mengingatkan ancaman kenaikan utang saat ini bukan hanya terjadi di negara-negara miskin, tapi juga di negara menengah dan maju karena mulai terbatasnya kondisi fiskal berbagai negara di tengah meningkatnya tekanan global.

Hal ini ia sampaikan dalam pembukaan atau sesi I pertemuan menteri keuangan dan bank sentral. Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) G20 di Nusa Dua, Bali, Jumat (15/7).

Ia mengatakan saat ini 60% dari negara miskin terancam. Sementara negara berkembang memiliki kemungkinan tidak bisa membayar utang di tahun depan.

"Sekitar 60% dari negara-negara berpenghasilan rendah sudah atau hampir bangkrut. Sementara banyak negara berkembang mungkin tidak dapat memenuhi pembayaran utang selama tahun depan. Jadi ini bukan hanya satu atau dua kasus luar biasa, ini menjadi meluas ini menjadi masalah yang perlu menjadi perhatian menteri keuangan dan gubernur bank sentral bersama dengan organisasi internasional lembaga multilateral," jelasnya.

Menurut Sri Mulyani, perang antara Rusia dan Ukraina telah berimbas pada kenaikan inflasi secara global dan harga komoditas serta arah pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif juga berdampak terhadap aliran modal asing keluar (capital outflow)dari negara berkembang dan mendorong kenaikan utang di banyak negara.

Peningkatan risiko sisi moneter ini, akan terus diwaspadai karena dampaknya juga akan memberikan tekanan nilai tukar.

"Jadi perang ini memberikan tekanan tiga kali lipat, pergeseran harga komoditas dan peningkatan inflasi global, juga dapat berimbas pada limpahan utang yang nyata, tidak hanya untuk negara-negara berpenghasilan rendah, tetapi juga di negara-negara berpenghasilan menengah atau bahkan negara maju," ucapnya.

src

Load comments