Bank Muamalat Bukukan Pembiayaan Rp 18,93 Triliun
EkonomiKhabarberita.com | PT Bank Muamalat Indonesia Tbk membukukan total pembiayaan mencapai Rp 18,93 triliun pada semester I 2022, turun signifikan 32,12% secara year on year(yoy). Pemulihan kinerja dan kualitas pembiayaan diperkirakan berlangsung dalam 2-3 tahun.
Mengacu laporan keuangan Bank Muamalat, total pembiayaan Bank Muamalat tercatat Rp 18,93 triliun pada semester I 2022 lebih baik dibandingkan akhir tahun 2021. Total pembiayaan tercatat naik 4,94% secara year to date (ytd) dibandingkan akhir tahun 2021 sebesar Rp 18,01 triliun.
Dari sisi penghimpunan dana, total dana pihak ketiga (DPK) tercatat mencapai Rp 45,23 triliun pada semester I 2022, naik 4,18% (yoy). Peningkatan utamanya dicatatkan dari tabungan yang tumbuh 8,49% (yoy) menjadi Rp 16,28 triliun. Sementara giro turun tipis 0,64% (yoy) menjadi Rp 4,59 triliun.
Sehingga porsi dana murah (current account saving account/CASA) Bank Muamalat naik dari 45,20% pada semester I 2021 menjadi 46,14% pada semester I 2022. Adapun deposito bank naik sebesar 2,40% menjadi Rp 24,36 triliun.
Dengan pencapaian tersebut, Bank muamalat mencatat financing to deposit ratio (FDR) di level 41%, menyusut dibandingkan akhir tahun sebesar 64,42%. Namun kualitas aset jauh membaik non performing financing (NPF) net sebesar 0,66% dari sebelumnya 3,97%, beserta NPF gross di posisi 2,22% dari sebelumnya 4,93%.
Direktur Utama Bank Muamalat Achmad K Permana menerangkan, perlu untuk perusahaan melakukan pemulihan aset dalam rentang 2-3 tahun. Dampaknya pertumbuhan pembiayaan tidak akan tumbuh agresif dan cenderung konservatif, seiring dengan pelunasan (run off) dari debitur-debitur.
"Kita sudah lama tidak melakukanbooking, tahun lalu itu kita tidak melakukan booking, negative growthmemang. Karena kita modalnya belum masuk, sedangkan ketika modal masuk tidak bisa langsung cepat berlari karena bisa menjadi masalah juga," ucap Permana ditemui di Muamalat Tower, Jakarta, Jumat (30/9/2022).
Saat ini, kata dia, porsi antara pembiayaan ritel dan korporasi masih 50:50. Namun ke depan, fokus perusahaan adalah menggenjot pembiayaan sektor ritel dengan menyiapkan berbagai produk KPR dan segmen UMKM. "Di tahun ini saja SME bisa booking Rp 1,2 triliun, dikurangi runoff dan sebagainya, pertumbuhan di ritel pun hanya sekitar 1,6 triliun di tahun ini," jelas dia.
Meski begitu, Permana menegaskan bahwa pembiayaan saat ini sudah jauh lebih baik, termasuk dari sisi kualitas. Perseroan telah 'membuang' portofolio sekitar Rp 10 triliun aset bermasalah. Sehingga sisa aset yang ada sekarang bisa dipastikan sehat dan aman. "Kita bangun dengan aset-aset yang sehat. Aset-aset yang kita buang diganti dengan sukuk tadi di buku kita, pembiayaan pasti turun tapi sukuk nambah, kemudian kita bangun lagi dengan aset yang sehat," jelas dia.
Di tahun ini, pembiayaan baru diperkirakan hanya meningkat sekitar Rp 3 triliun dari segmen ritel dan korporasi, sehingga memang tidak akan menutup lubang penurunan secara keseluruhan. "Nggak akan menutupi itu, tahun depan mudah-mudahan setelah situasi ekonomi kondusif lagi, baru kita akan lebih agresif lagi, tim-nya dan infrastruktur juga jauh lebih siap," kelas Purnama.
Pembiayaan ke PT INKA
Di sisi lain, Bank Muamalat menyalurkan fasilitas pembiayaan sebesar Rp 150 miliar kepada PT Industri Kereta Api atau PT INKA (Persero). Fasilitas pembiayaan ini akan digunakan oleh PT INKA untuk proyek pengadaan 53 bus listrik sebagai sarana transportasi pada gelaran KTT G20 di Bali pada bulan Oktober-November 2022 mendatang.
Permana menyampaikan, pasca-masuknya investor baru yaitu Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) awal tahun ini pihaknya memang mulai menggenjot penyaluran pembiayaan. Kerja sama dengan PT INKA ini diharapkan dapat meningkatkan portofolio pembiayaan perseroan khususnya di segmen korporasi.
"Nilai pembiayaan Rp 150 miliar untuk tahap satu ini dengan akad musyarakah, (tenor) dua tahun dan bisa diperpanjang setelah nanti pada akhir tahun ke-2 ada kondisi yang disetujui. Bisa kita tambah, setelah kita lihat dua tahun performance-nya. Itu terbuka untuk kita," kata Permana.
Dia mengungkapkan, penyaluran pembiayaan kali sangat strategis karena tidak hanya dapat bekerja sama dengan BUMN manufaktur yang berpengalaman seperti PT INKA, tetapi proyek yang dibiayai juga berkaitan dengan agenda penting di Tanah Air yakni G20. Pemberian fasilitas pembiayaan ini diharapkan menjadi pintu bagi terbukanya kerja sama bisnis lainnya antara Bank Muamalat dan PT INKA kedepannya.
Permana menuturkan, fasilitas pembiayaan ini telah sesuai dengan tingkat risiko Bank Muamalat yang sedang menata kembali kualitas asetnya. Struktur pembiayaan kepada PT INKA dinilai cukup aman dengan keikutsertaan penjaminan dari PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII).
Direktur Keuangan, SDM dan Manajemen Risiko PT INKA Andy Budiman menegaskan, pendanaan ini cukup aman bagi Bank Muamalat karena ada turut serta pemerintah melalui skema Buy The Service (BTS). Sementara dana yang diraih ini akan digunakan perseroan untuk pengadaan bus listrik.
"Jadi ini underlying-nya jelas. Nanti pemerintah dalam hal ini Menteri Perhubungan yang membayar. Jadi ada 53 bus listrik untuk G-20. Nanti setelah G-20 ini akan digunakan di Surabaya dan Bandung oleh PT Damri. Sekarang sudah ada enam unit sudah di Bali, sisanya di Madiun, kita lagi produksi yang ke-34," ucap Budi.